Selasa, 11 Februari 2014

Mebiasakan Kejujuran dan Meninggalkan Dusta

Mebiasakan Kejujuran dan Meninggalkan Dusta

Oleh: Abu Nabil Al Ghazali Lc

Kita semua harus mengakui bahwa keadaan kaum muslimin terkhusus di Indonesia saat ini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Jika kita membaca dan mencermati berita ditemukan di sana ada orang berzina, mencuri, korupsi, menyuap dan berbagai kejelekan-kejelekan lainnya dan ternyata pelaku-pelakunya adalah kaum muslimin saudara kita sendiri.
Sungguh ini memprihatinkan. Sebagai bagian dari kaum muslimin tentu kita semuanya harus berupaya dan bertekad untuk berubah menuju kepada yang lebih baik. Tentunya perbaikan yang sesuai dengan syariat agama kita dalam segala sisi kehidupan. Yang kalau itu dibuat dengan kalimat yang ringkas yaitu : Keharusan kaum muslimin di Indonesia ini kembali kepada agamanya dalam semua sisi kehidupannya. Hal ini sebagaimana ucapan imam kaum muslimin imam Malik رحمه الله beliau berkata :

لن يصلح اخر هذه الامة الا بما صلح به اولها

Tidak akan menjadi baik umat yang akhir ini kecuali dengan sesuatu yang telah membuat baik umat yang pertama umat ini.(dinukil dari Atsarul Ibadah fil hayatil Muslim karya Syaikh Muhsin Al ‘Abad Al Badri)

Apa yang telah membuat baik umat Islam yang pertama dulu, tentunya Islam secara keseluruhan sebelum terkontaminasi dengan kesyirikan dan kebid’ahan. Untuk mencapai itu semua tentunya tidak gampang perlu upaya yang serius dan kefahaman yang menyeluruh dari segala pihak terhadap agama yang murni yaitu agama yang telah diamalkan oleh tiga generasi Islam yang pertama yang mereka telah di rekomendasi oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dalam sabdanya :

اصكم باصحا بى ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم

Aku wasiatkan kalian (untuk mengikuti jalan) para sahabatku kemudian orang-orang sesudah mereka kemudian orang sesudah mereka (HR. Ahmad) .

Diantara nilai-nilai Islam yang mulia adalah kejujuran, maka apabila bangsa indonesia yang notabene mayoritas kaum muslimin harus berupaya menggalakkan kejujuran dalam segala hal, siapapun dan apapun kedudukannya harus berupaya untuk komitmen membangun kejujuran dalam segala sisinya.

Termasuk dalam hal ini ketika bangsa ini menginginkan kebaikan dalam pendidikan yang kata banyak pihak merupakan sektor yang sangat menentukan pembangunan bangsa perlu mencanangkan pendidikan yang di sana ditanamkan nilai-nilai kejujuran dalam segala permasalahannya.

Semuanya harus berani menilai, sudahkah kejujuran itu sebagai nafas dunia pendidikan kita ?

Maka untuk menumbuhkan kecintaan dan komitmen yang kuat terhadap kejujuran berikut ini saya paparkan sebuah tulisan ‘ulama kita, ‘ulama kaum muslimin Asy-Syaikh Robi’ bin Hadi ‘Umair Al-Madkhali semoga Allah ta’ala menjaganya. Saya berharap tulisan beliau bermanfaat bagi saya juga kaum muslimin di Indonesia ini terutama dalam dunia pendidikan, digunakan sebagai pijakan oleh siapa saja yang ingin memperbaiki manusia dan pendidikannya. Dan menjadi kemestian bagi setiap Muslim untuk berupaya mengamalkannya.

KEJUJURAN DAN DUSTA SERTA BUAHNYA

Oleh : Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi ‘Umair al-Madkhali

Dari Abdullah bin Mas’ud رضىالله عنه berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda

عليكم بالصدق فان الصدق يهدي الى البر وان البر يهدي الى الجنة وما يزال الرجل يصدق ويتحرى الصدق حتى يكتب عند الله صديقا
واياكم والكذب فان الكذب يهدي الى الفجور وان الفجور يهدي الى النار وما يزال الرجل يكذب ويتحر الكذب حتى يكتب عند الله كذابا

“Berpeganglah kalian kepada kejujuran, karena itu akan membimbing kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Senantiasa seorang hamba berbuat jujur dan membiasakan sifat ini hingga dia dicatat di sisi Allah ta’ala sebagai seorang yang shiddiq (jujur). Berhati-hatilah kalian dari dusta,karena dusta itu akan membimbing kepada kejahatan, dan kejahatan itu akan membimbing ke neraka. Senantiasa seorang hamba berdusta dan membiasakannya hingga dicatat di sisi Allah ta’ala sebagai seorang pendusta”. (Hadits Riwayat Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Malik, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ad-Darimi, sedangkan lafadznya dari Muslim)

Rawi Hadits : Beliau adalah Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil bin Hubaib Al-Hudzali رضىالله عنهAbu Abdirrahman. Beliau termasuk As-Sabiqunal Awwalundan termasuk ulama senior dari kalangan sahabat. Keutamaan beliau banyak ‘Umar رضىالله عنه mengangkat beliau sebagai amir di Kufah. Beliau wafat tahun 32 H di Madinah.

Mufrodat :

عليكم : isim fiil amr (kata benda yang menunjukkan perintah) yang artinya berpeganglah kepada kejujuran.

الصدق : kesesuaian berita dengan fakta

يهدي : menunjukkan dan membimbing

البر : berlapang-lapang dalam mengerjakan kebaikan.Al-bir merupakan suatu isim (kata benda) yang mencakup seluruh kebaikan, dan digunakan untuk amalan yang baik dan terus menerus.

يتحرى : bersandar dan bermaksud

الفجور : bersegera dalam hal kemaksiatan. Al-fujurmerupakan isim yang mencakup seluruh kejelekan. Asal katanya adalah robekan yang luas.

اياكم : bentuk peringatan dari kejelekan atau dari hal yang berbahaya

الكذب : berbeda berita dengan fakta

Makna Hadits secara Umum :

ujur adalah suatu akhlak yang mulia dan termasuk pokok keutamaan. Dengan jujur ini kehidupan akan menjadi lurus dan berjalan secara terpuji. Kejujuran akan meninggikan pemiliknya dan akan mengangkat derajarnya di sisi Allah ta’ala maupun manusia. Pemilik sifat jujur ini ucapannya akan dihormati. Dia akan dicintai oleh manusia, sedangkan persaksian dan perkataannya diterima di sisi mereka. Maka hendaknya engkau membiasakan jujur dalam ucapan, aqidah dan perbuatan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang mulia telah membimbing kita kepada suatu masalah yang mendidik lagi agung, yaitu metode pendidikan akhlak, menumbuhkan akhlak dan menguatkannya di dalam jiwa. Metode tersebut yaitu membiasakan diri dengan perkataan yang baik dan perbuatan yang mulia, serta mengerjakan amalan berikutnya setelah amalan yang pertama, amalan ke empat menyusul amalan yang ke tiga, dan amalan ke enam menyusul amalan ke lima, sehingga pengulangan ini akan berpengaruh di dalam dirinya. Setiap kali ia terus menerus mengulang amalan tersebut, maka amalan tersebut makin lekat dan kokoh dalam jiwanya.

Barang siapa yang berusaha mengangkat dirinya kepada kedudukan shiddiqin (orang-orang yang jujur) dan berusaha agar kejujuran itu menjadi akhlaknya, kebiasaan dan tabiatnya, maka hendaklah ia membiasakan untuk jujur dalam ucapan dan perbuatan, dan hendaklah ia mengulang-ulang. Dengan demikian ia akan berakhlak dengan kejujuran dan akan menempati kedudukan shiddiqin dengan pertolongan Allah ta’ala.

Sebagaimana jujur termasuk pokok keutamaan, maka dusta merupakan pokok kehinaan. Dengan dusta bangunan masyarakat akan bercerai-berai dan urusan menjadi tidak teratur. Dusta menjatuhkan pemiliknya di mata manusia. Mereka tidak akan membenarkan ucapannya, tidak mempercayai perbuatannya, dan ucapannya batil. Oleh karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memperingatkan dari perbuatan dusta.

Di dalam Al-Qur’anul Karim terdapat banyak ayat yang mencela dusta, menjauhkan manusia darinya dan mengancam dengan siksa yang keras.

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara Dusta “Ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah Tiadalah beruntung.

(Itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka adzab yang pedih.”.(An-Nahl:116-117)

Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta. .(An-Nahl:105)

Bukankah syirik dan menjadikan tandingan bagi Allah ta’ala yang merupakan sebesar-besar kejahatan dan dosa merupakan kedustaan ? Dan bukankah kemunafikan yang lebih jelek dari kekafiran yang terang-terangan itu adalah suatu kedustaan ?

Demikian pula berbuat curang dalam bermuamalah, berniat menyelisihi janji, dan riya’ di dalam beramal. Semuanya merupakan bentuk-bentuk kedustaan.

Wahai muslim, jauhilah dusta. Jagalah dirimu agar tidak membiasakan diri berdusta. Karena dusta dan membiasakan diri dengannya serta mengulang-ulangnya, mengandung kebinasaan dan keterjerumusan ke dalam kejelekan yang tidak terkira dalamnya. Karena dusta akan menyeret pemiliknya dan menarik kepada kedudukan orang-orang yang durhaka. Dan sesungguhnya orng-orang yang durhaka itu tempatnya di dalam neraka.

Dan Sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.

mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan. (Al-Infithar : 14-15)


Faedah yang Bisa diambil dari Hadits :
1. Kewajiban berpegang kepada kejujuran. Allah ta’ala berfirman :
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.(At-Taubah :119)

2. Di dalam hadits ini terdapat kaidah yang mendidik, yaitu bahwa barangsiapa ingin berakhlak dengan akhlak yang tinggi seperti jujur, sabar dan berani, maka hendaklah ia membiasakannya, mengulang-ulangnya dan menekuninya. Dengan membiasakan jujur dan berpegang kepadanya, dia akan menjadi seorang yang jujur. Dengan melatih kesabaran dan menanggung kesulitan-kesulitan, kesabaran akan menjadi akhlaknya. Dan dengan terus-menerus berbuat hina dan membiasakannya, seorang akan menjadi pendusta dan orang yang hina.

3.Dan di dalam hadits ini juga terdapat peringatan dari dusta dan dari membiasakannya.

4.Kedustaan itu menuntun kepada kejahatan, sedangkan kejahatan membimbing ke neraka. Semoga Allah ta’ala melindungi kita dari dusta, kejahatan dan neraka.

Sekian Nasehat ‘ulama kita. Semoga Allah ta’ala memudahkan kita semua dapat mengamalkannya. Amin.

Perlu kita renungkan bersama bahwa :

Membangun kejujuran itu tidak perlu biaya hanya membutuhkan komitmen, sudahkan kaum muslimin di negeri ini membiasakan kejujuran dalam dunia pendidikannya ???


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN SHARE POSTING INI KE JEJARING SOSIAL DIBAWAH

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites Temanku